Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 08 Mei 2011

Materi Pemuridan

Allah Melihat Hati

Pengantar
            Seorang nenek tua dan cucu perempuannya sedang memilih benih sebagai persiapan untuk menanam. Melihat isi kantong kecil yang ada ditangannya, si cucu bertanya: “Apakah setiap benih itu sama dengan suatu janji, nek?” Ya, jawab sang nenek. “Setiap benih adalah sebuah janji, tetapi sama seperti janji yang mana beberapa syarat harus dipenuhi sebelum terwujud.” Tuhan telah memberi kita janji penghiburan di saat sedih; kekuatan di saat pencobaan; cahaya di saat hari-hari gelap. Tapi kita harus memiliki iman dan ketabahan untuk terus maju dalam saat-saat sulit. “Sebelum benih kecil bersedia dikubur di dalam tanah, dan terbuka terhadap hujan, angin dan sinar matahari, berbagai kemungkinan dan janjinya yang indah tidak akan terwujud.”   -Forward
Bagaimana dengan respons kita terhadap janji Allah?  Apakah kita membuka hati untuk Dia berkarya pada diri kita yang dipanggil sesuai rencana-Nya?

Perenungan
Istilah hati (Bhs.Ibr. leb atau Yun.kardia) dalam Alkitab bukan saja menunjuk pada organ tubuh tetapi jauh lebih mengarah pada kedalaman diri seseorang atau kepribadiannya (Kej 17:17; Pkh 1:16; Yer 3:15). Hati merupakan tempat bagi pengetahuan dan hikmat (Ul 8:5; 29:4; 1 Raj 3:9; Ayb 22:22), emosi (Ul 6:5; Yes 35:4) serta karakter moral dan spiritual seseorang (Ayb 27:6; 2 Sam 24:10; 1 Raj 3:6). Bila lebih dari 860 kali istilah hati muncul dalam Perjanjian Lama, dengan kata lain hati memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.
Tuhan Yesus berkata: “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik” (Luk 6:45) dan “ucapan dari mulut sesungguhnya berasal dari hati” (Mat 12:34). Perkataan Yesus bisa diartikan bahwa hati sebagai pusat dari seluruh kehidupan manusia sangat mempengaruhi tindakan. Kita perlu terbuka bagi pekerjaan Allah di dalam hati supaya menghasilkan tindakan yang baik. Allah memerlukan tanah yang subur untuk ditaburi benih firman Allah supaya dapat bertumbuh dan menghasilkan buah sesuai kehendak-Nya (Mat 13:23).
Patut kita mengerti bahwa hanya Allah yang baik dapat melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan kita. Dia senantiasa menghasilkan kebaikan dari hati-Nya yang baik. Kita tidak bisa menghasilkan kebaikan dengan upaya sendiri, terlebih dari hati yang belum diperbarui. Hati yang terbuka adalah lahan yang memudahkan Allah mengulurkan tangan mengarap hidup kita. Kita dipanggil untuk selalu terbuka dalam proses pembentukan manusia Allah. Manusia yang serupa dengan gambar dan rupa Allah.
Firman yang kita dengar sungguh dekat, yakni di dalam mulut dan di dalam hati kita untuk dilakukan (Ul 30:14). Hati yang terbuka bagi Yesus dan mulut yang mengakui Dia adalah Tuhan atas hidup kita, tidak akan kehilangan kesempatan yang berharga di sepanjang kehidupannya. Sebab Allah melihat hati (1 Sam 16:7) yang terbuka bagi diri-Nya dan rencana-Nya yang mulia. Mari kita menghampiri Allah dengan hati yang terbuka untuk mendapat kasih karunia bagi jiwa yang hancur.


Penerapan
  • Bagaimana sikap raja Asa terhadap nabi Azarya bin Oded yang menyampaikan firman Tuhan (2 Twr 15:2, 8)? Bagaimana sikap kita terhadap kebenaran-Nya?
  • Apa yang dilakukan oleh raja Asa dan bangsa Yehuda berhubungan dengan hati yang terbuka dan pengakuan/perjanjian dengan Allah (2 Twr 15:12-14)?  Apakah kita melakukan hal yang sama dalam hati dan mulut kita?

Ayat emas:

“Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata tetapi Tuhan melihat hati“
( 1 Samuel 16:7)

Biarlah hatimu menjadi rumah Allah, bukan bagi dunia dan segala perkaranya, tetapi bagi Allah dengan segala pikiran-Nya.
 


·        Andrew Murray