Pembaruan Budi
Pengantar
Seorang
mistikus India menceritakan sesuatu tentang dirinya, “Saya adalah seorang
revolusioner ketika masih muda, dan doa saya waktu itu adalah Tuhan berilah
saya tenaga untuk mengubah dunia.” Ketika saya hampir berusia setengah abad dan
merasa bahwa setengah hidup saya sudah berlalu tanpa saya berhasil mengubah
satu orang pun, saya mengubah doa saya demikian: “Tuhan, berilah saya rahmat
untuk mengubah orang yang berhubungan dengan saya, yakni keluarga dan
sahabat-sahabat saya, maka saya akan puas.” Sekarang, saya sudah tua dan hidup
saya tidak akan lama lagi, dan saya pun mulai melihat betapa bodohnya saya.
Maka doa saya sekarang adalah demikian: “Tuhan, berilah saya rahmat untuk
mengubah diriku sendiri, seandainya saya sudah berdoa seperti ini sejak dahulu,
maka hidup saya tidak akan menjadi sia-sia.” - De Mello
Apakah kisah di atas bisa diulangi oleh kita? Mengapa
Allah memanggil kita untuk mengalami pembaruan diri?
Perenungan
|
Dalam
perkataan Paulus bahwa, “Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan
memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Flp 4:7) tersirat suatu
segi yang universal dari akal budi manusia. Segi yang mempengaruhi seluruh
aspek kehidupan manusia itu tergantung pada pihak mana yang menguasainya, Roh
Allah atau daging. Apabila akal budi tidak mengakui Allah, maka timbul tingkah
laku yang tidak pantas (Rm 1:28). Ia menimbulkan pengaruh yang merugikan dan
sulit menerima kebenaran firman Allah. Bahkan lebih dari itu, ketidakpercayaan
manusia memberi tempat bagi ilah-ilah dunia untuk bekerja dan membutakan pikiran mereka (2 Kor 4:4). Mereka
semakin jauh dari Tuhan, karena pikiran mereka dikuasai daging dan ilah-ilah
dunia.
Bukan
demikian halnya dengan kita yang percaya pada Allah. Akal budi kita diberi
cahaya (2 Kor 4:6) dan dapat diperbarui
(Rm 12:2). Sudah seyogianya bahwa kita diciptakan oleh Allah untuk selaras
dengan Dia. Akal budi kita harus sesuai dengan akal budi Allah (1 Kor 2:16). Akal
budi kita akan berfungsi sebagaimana mestinya hanya kalau memenuhi kehendak Allah.
Melalui pembaruan akal budi, kita dapat mengetahui perbuatan tangan Allah yang
ajaib atas alam semesta dan mengenal kehendak Allah dalam hidup kita. Pembaruan
akal budi akan menghasilkan daya tanggap yang lebih tajam dibandingkan keadaan
sebelumnya. Kita dapat membedakan manakah kehendak Allah dan yang bukan
kehendak-Nya, apa yang baik dan berkenan kepada Allah dengan yang tidak
dikenan-Nya, hanya ketika akal budi kita diperbarui (Rm 12:2).
Pembaruan
akal budi merupakan tindakan Allah yang penuh dengan kemurahan. Ia mau
menjadikan kita manusia baru dengan akal budi yang telah diperbarui. Dengan mempersembahkan
tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada
Allah (Rm 12:1), secara tidak langsung sebenarnya kita meletakkan seluruh akal
budi kepada Allah. Allah mau kita mengasihi Dia dengan segenap akal budi (Mat
22:37), karena itu penyerahan akal budi menjadi mutlak. Tidak ada pembaruan
budi yang menyeluruh bila penyerahan diri tidak sepenuh hati. Akal budi kita
harus takluk pada Sang Pencipta. Segala rencana dan rancangan yang dihasilkan
oleh akal budi kita tidaklah boleh
berlawanan dengan prakarsa Allah. Bukan apa yang kita anggap baik adalah baik
dalam pikiran Allah. Allah tahu rancangan-rancangan apa yang ada pada-Nya
mengenai kita. Ia merancangkan damai sejahtera dan memberikan hari depan yang
penuh harapan (Yer 29:11). Bila kita tahu bahwa dalam pemikiran Allah segala
yang dikerjakan mendatangkan kebaikan bagi kita, maukah kita memikirkan seperti
yang Ia pikirkan?
Menaklukkan
pikiran kita dan menyerahkannya pada Allah berarti memberi tempat bagi pekerjaan
Roh Allah. Roh Allah mau menjadikan kita manusia baru dengan pikiran ilahi.
Pikiran yang sejalan dengan pikiran Allah dan hanya bermaksud memenuhi
kehendak-Nya, bisa terjadi dalam kehidupan kita. Bila kehidupan orang Kristen
dikuasai oleh Roh Kudus, maka Roh Kudus akan mengendalikan akal budinya. Ia
akan mendapati bahwa pikirannya semakin sepadan dengan pikiran Roh. Karena itu
tidak heran kalau rasul Paulus berkata, “Kami memiliki pikiran Kristus” (1 Kor
2:16) yaitu pikiran Allah pada diri orang-orang yang percaya pada Yesus yang
telah diterangi oleh Roh Kudus (1 Kor
2:10). Biarlah Roh Kudus memimpin hidup kita dengan mengarahkan pikiran kita
kepada apa yang Allah pikirkan bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga bagi sesama
manusia.
Penerapan
·
Adakah sesuatu yang
kita pikirkan dan tidak diketahui oleh Allah (Luk 5:22)?
·
Perubahan apakah yang
sulit dialami oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Luk 5:21) sehingga
kuasa pengampunan Kristus tidak berlaku atas mereka (ay 23-24)?
Ayat emas:
“Ujilah aku dan
kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku
di jalan yang kekal!”
(Mazmur 139:23-24)
cd
“Cacat hanya akan menghambat kita jika kita biarkan. Ini benar bukan
saja dalam soal fisik, melainkan juga dalam soal emosional serta
intelektual...
Saya percaya bahwa keterbatasan yang nyata serta kekal tercipta dalam
pikiran kita, bukannya tubuh kita”
·
Roger Crawford
ba
|